Minggu, 08 Agustus 2010

SAMBUTAN KEPALA MADRASAH

Assalamu’alikum Wr. Wb.

Tiada kata yang lebih indah kecuali ungkap rasa syukur kita kepada Allah swt. Tuhan semesta alam yang memberikan rahmat-Nya sehingga website ini dapat terbangun.

Website sederhana  yang sedang anda simak ini, merupakan sebuah karya yang mencoba memberi gambaran kepada pembaca yang budiman untuk mengetahui perjalanan sebuah madrasah dari kondisi tidak diminati masyarakat sampai menjadi madrasah pilihan umat.

Perjalanan sebuah lembaga pendidikan untuk menuju puncak kejayaannya tidak terlepas dari usaha keras guru, karyawan, orang tua dan pimpinan sekolah. Dari masa perintis, pendobrak, dan pengisi terus menggelinding tanpa ada yang mampu menahannya.

Memberikan yang terbaik tentunya tidak sekedar berjalan di tempat, tetapi diperlukan langkah-langkah untuk berani berinisiatif dan melakukan berbagai inovasi serta menanggung segala resiko pembaharuan tersebut. Akhirnya kami ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua yang mendukung terbitnya website ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb..

MENGENAL KEMATANGAN EMOSI ANAK

Menurut Hurlock (1990), individu yang dikatakan matang emosinya yaitu:
  1. Dapat melakukan kontrol diri yang bisa diterima secara sosial. Individu yang emosinya matang mampu mengontrol ekspresi emosi yang tidak dapat diterima secara sosial atau membebaskan diri dari energi fisik dan mental yang tertahan dengan cara yang dapat diterima secara sosial
  2. Pemahaman diri. Individu yang matang, belajar memahami seberapa banyak kontrol yang dibutuhkannya untuk memuaskan kebutuhannya dan sesuai dengan harapan masyarakat
  3. Menggunakan kemampuan kritis mental. Individu yang matang berusaha menilai situasi secara kritis sebelum meresponnya, kemudian memutuskan bagaimana cara bereaksi terhadap situasi tersebut.
 Kematangan emosi (Wolman dalam Puspitasari, 2002) dapat didefinisikan sebagai kondisi yang ditandai oleh perkembangan emosi dan pemunculan perilaku yang tepat sesuai dengan usia dewasa dari pada bertingkahlaku seperti anak-anak. Semakin bertambah usia individu diharapkan dapat melihat segala sesuatunya secara obyektif, mampu membedakan perasaan dan kenyataan, serta bertindak atas dasar fakta dari pada perasaan.
 
Menurut Kartono (1988) kematangan emosi sebagai kedewasaan dari segi emosional dalam artian individu tidak lagi terombang ambing oleh motif kekanak- kanakan. Chaplin (2001) menambahkan emosional maturity adalah suatu keadaan atau kondisi mencapai tingkat kedewasaan dari perkembangan emosi dan karena itu pribadi yang bersangkutan tidak lagi menampilkan pola emosional yang tidak pantas.
 
Menurut pandangan Skinner (1977) esensi kematangan emosi melibatkan kontrol emosi yang berarti bahwa seseorang mampu memelihara perasaannya, dapat meredam emosinya, meredam balas dendam dalam kegelisahannya, tidak dapat mengubah moodnya, tidak mudah berubah pendirian. Kematangan emosi juga dapat dikatakan sebagai proses belajar untuk mengembangkan cinta secara sempurna dan luas dimana hal itu menjadikan reaksi pilihan individu sehingga secara otomatis dapat mengubah emosi-emosi yang ada dalam diri manusia (Hwarmstrong, 2005).
 
 Karakteristik Kematangan Emosi
 Menurut Feinberg (2004) ada beberapa karakteristik atau tanda mengenai kematangan emosi seseorang yaitu kemampuan seseorang untuk dapat menerima dirinya sendiri, menghargai orang lain, menerima tanggung jawab, percaya pada diri sendiri, sabar dan mempunyai rasa humor. Hal ini diuraikan di bawah ini:
 
Mampu menerima dirinya sendiri
 Seseorang yang mempunyai pandangan atau penilaian baik terhadap kekuatan dan kelemahannya. Mampu melihat dan menilai dirinya secara obyektif dan realitis. Individu dapat menggunakan kelebihan dan bakatnya secara efektif, dan bebas dari frustrasi- frustrasi yang biasa timbul karena keinginan untuk mencapai sesuatu yang sesungguhnya tidak ada dalam dirinya. Orang yang dewasa mengenal dirinya sendiri dengan lebih baik, dan senantiasa berusaha untuk menjadi lebih baik. Individu tidak menginginkan untuk menandingi orang lain, melainkan berusaha mengembangkan dirinya sendiri.
 
Menghargai orang lain
 Seseorang yang bisa menerima keadaan orang lain yang berbeda-beda. Individu dikatakan dewasa jika mampu menghargai perbedaan, dan tidak mencoba membentuk orang lain berdasarkan citra dirinya sendiri. Ini bukan berarti bahwa orang yang matang itu berhati lemah, karena jika kelemahan- kelemahan yang ada dalam diri seseorang itu sudah sedemikian mengganggu tujuan secara keseluruhan, maka tidak segan untuk menghentikannya. Ukuran yang paling tepat dan adil dalam hubungan dengan orang lain bahwa kita menghormati orang lain, dan ketidakinginan untuk memperalat atau memanipulasi orang lain.
 
Menerima tanggung jawab
 Orang yang tidak dewasa akan menyesali nasib buruknya. Bahkan, akan berpendapat bahwa nasib buruk itu disebabkan oleh orang lain. Sedangkan orang yang sudah dewasa mengenal dan menerima tanggung jawab dan pembatasan-pembatasan situasi dimana orang tersebut berbuat dan berada. Tanggung jawab adalah perasaan bahwa seseorang itu secara individu bertanggung jawab atas semua kegiatan, atau suatu dorongan untuk berbuat dan menyelesaikan apa yang harus dan patut diperbuat dan diselesaikan. Mempercayakan nasib baik pada orang lain untuk memecahkan persoalan diri sendiri adalah tanda ketidakdewasaan. Perasaan aman dan bahagia akan dapat dicapai dengan memimiliki kepercayaan dalam tanggung jawab atas kehidupan sendiri. d. Percaya pada diri sendiri
 
Seseorang yang matang dapat menyambut dengan baik partisipasi dari orang lain, meski itu menyangkut pengambilan suatu keputusan, karena percaya pada dirinya sendiri dapat memperoleh kepuasaan sehingga memperoleh perasaan bangga, bersama dengan kesadaran tanggung jawabnya. Seseorang yang dewasa belajar memperoleh suatu perasaan kepuasaan untuk mengembangkan potensi orang lain.
 
Sabar
 Seseorang yang dewasa belajar untuk menerima kenyataan, bahwa untuk beberapa persoalan memang tidak ada penyelesaian dan pemecahan yang mudah, tidak akan menelan begitu saja saran yang pertama, akan menghargai fakta- fakta dan sabar dalam mengumpulkan informasi sebelum memberikan saran bagi suatu pemecahan masalah. Bukan saja sabar, tetapi juga mengetahui bahwa adalah lebih baik mempunyai lebih dari satu rencana penyelesaian.
 
Mempunyai rasa humor
 Orang yang dewasa berpendapat bahwa tertawa it u sehat tetapi tidak akan menertawakan atau merugikan atau melukai perasaan orang lain. Seseorang juga tidak akan tertawa jika humor itu membuat orang lain jadi tampak bodoh. Humor semestinya merupakan bagian dari emosi yang sehat, yang memunculkan senyuman hangat dan pancaran yang manis. Perasaan humor menyatakan sikap seseorang terhadap orang lain. Orang yang dewasa menggunakan humor sebagai alat melicinkan ketegangan, bukan pemukul orang lain.
 
Pendapat Skinner (1977) menyatakan bahwa ciri-ciri individu dengan kematangan emosi, meliputi: 1). kemampuan untuk mempergunakan dan menikmati kekayaan maupun keragaman sumber-sumber emosi yang dimilikinya; 2). menyadari potensi dirinya dan memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi dirinya tersebut; 3). kemampuan untuk mencintai baik pada diri sendiri maupun pada orang lain; 4). kemampuan untuk menerima kesedihan, ketika berhadapan dengan situasi yang mengancam yang dapat merangsang timbulnya rasa marah; 5). kemampuan untuk menunjukkan rasa takut yang timbul saat menghadapi sesuatu yang menakutkan, tanpa berpura-pura memakai “topeng” keberanian.
 
 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kematangan Emosi
 Beberapa ahli psikologi menyebutkan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan kematangan emosi seseorang (Astuti, 2005), yaitu:
 
Pola asuh orangtua
 Keluarga merupakan lembaga pertama dan utama dalam kehidupan anak, tempat belajar dan menyatakan diri sebagai mahluk sosial, karena keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama tempat anak dapat berinteraksi. Dari pengalamannya berinteraksi di dalam keluarga ini akan menentukan pula pola perilaku anak tehadap orang lain dalam lingkungannya. Dalam pembentukan kepribadian seorang anak, keluarga mempunyai pengaruh yang besar. Banyak faktor dalam keluarga yang ikut berpengaruh dalam perkembangan kepribadian seorang anak, salah satu faktor tersebut adalah pola asuh orangtua (Tarmudji, 2001).
 
Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing, dan mendis iplinkan serta melindungi anak sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat (Tarmudji, 2001). Dimana suatu tugas tersebut berkaitan dengan mengarahkan anak menjadi mandiri di masa dewasanya baik secara fisik maupun psikologis (Andayani dan Koentjoro, 2004).
 
Menurut Goleman (2002) cara orang tua memperlakukan anak-anaknya akan memberikan akibat yang mendalam dan permanen pada kehidupan anak. Goleman (2002) juga menemukan bahwa pasangan yang secara emosional lebih terampil merupakan pasangan yang paling berhasil dalam membantu anak-anak mereka mengalami perubahan emosi. Pendidikan emosi ini dimulai pada saat-saat paling awal dalam rentang kehidupan manusia, yaitu pada masa bayi.
 
Idealnya orangtua akan mengambil bagian dalam pendewasaan anak-anak karena dari kedua orangtua anak akan belajar mandiri melalui proses belajar sosial dengan modelling (Andayani dan Koentjoro, 2004).
 
Pengalaman traumatik
 Kejadian-kejadian traumatis masa lalu dapat mempengaruhi perkembangan emosi seseorang, dampaknya jejak rasa takut dan sikap terlalu waspada yang ditimbulkan dapat berlangsung seumur hidup. Kejadian-kejadian traumatis tersebut dapat bersumber dari lingkungan keluarga ataupun lingkungan di luar keluarga (Astuti, 2005).
 
Temperamen
 Temperamen dapat didefinisikan sebagai suasana hati yang mencirikan kehidupan emosional kita. Hingga tahap tertentu masing- masing individu memiliki kisaran emosi sendiri-sendiri, temperamen merupakan bawaan sejak lahir, dan merupakan bagian dari genetik yang mempunyai kekuatan hebat dalam rentang kehidupan manusia (Astuti, 2005).
 
Jenis kelamin
 Perbedaan jenis kelamin memiliki pengaruh yang berkaitan dengan adanya perbedaan hormonal antara laki- laki dan perempuan, peran jenis maupun tuntutan sosial yang berpengaruh pula terhadap adanya perbedaan karakteristik emosi diantara keduanya (Astuti, 2005).
 
Usia
 Perkembangan kematangan emosi yang dimiliki seseorang sejalan dengan pertambahan usianya. Hal ini dikarenakan kematangan emosi dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan dan kematangan fisiologis seseorang. Ketika usia semakin tua, kadar hormonal dalam tubuh turut berkurang, sehingga mengakibatkan penurunan pengaruhnya terhadap kondisi emosi (Moloney, dalam Puspitasari Nuryoto 2001). Namun demikian, dalam hal ini tidak menutup kemungkinan seseorang yang sudah tua, kondisi emosinya masih seperti orang muda yang cenderung meledak- ledak. Hal tersebut dapat diakibatkan karena adanya kelainan- kelainan di dalam tubuhnya, khususnya kelainan anggota fisik. Kelainan yang tersebut dapat terjadi akibat dari pengaruh makanan yang banyak merangsang terbentuknya kadar hormonal. (Sumber: artikel Psikologi).
 

CARA JITU MEMBUAT ANAK MENJADI PANDAI

Penulis rubik khusus pendidikan, Korey Capozza, menyarankan sembilan cara untuk membina dan meningkatkan IQ (intelligence quotient ) anak.

Belajar Musik
Ini merupakan cara yang bagus untuk meningkatkan pembelajaran otak kanan dengan santai dan mudah. Menurut hasil penelitian Universitas Toronto, pelajaran musik dapat meningkatkan intelligence quotient dan prestasi sekolah seorang anak. Bahkan semakin lama dipelajari, hasilnya semakin jelas.

Beri minum Air Susu Ibu
Banyak penelitian ilmiah membuktikan bahwa air susu ibu (ASI) selain menyediakan berbagai macam zat gizi, juga dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan intelegensi bayi. Seorang bayi yang mengonsumsi ASI selama sembilan bulan secara nyata lebih pandai dari pada seorang bayi yang hanya mengonsumsi ASI selama satu bulan.

Tingkatkan kesehatan
Tim peneliti dari University of Illinois telah membuktikan hubungan antara kesehatan dan pelajaran anak di sekolah. Penelitian dari Oppenheimer Funds malah menunjukkan bahwa olah raga berkelompok bukan saja meningkatkan rasa percaya diri, membangun spirit kebersamaan, bahkan dapat memupuk kecakapan memimpin. Delapan puluh satu persen dari para direktris perusahaan pada saat masih kecil, semuanya pernah bergabung dalam suatu kegiatan organisasi.

Permainan
Memang ada banyak games yang bisa membuat pemainnya menjadi brutal, nyentrik ataupun malas berpikir. Namun juga ada sejumlah games yang dapat meningkatkan spirit bersosial, kreativitas dan inspirasi, bahkan ada yang dapat melatih anak untuk berpikir dengan bijaksana serta melatih kemampuan membuat rencana. Penelitian di University of Rochester juga menemukan bahwa anak kecil yang bermain games lebih berkemampuan dalam menemukan petunjuk rasa visual dalam belajar.

Menolak junk food
Kurangi mengonsumsi makanan berkadar gula tinggi, berpantang berbagai makanan berlemak tinggi dan junk food yang lain. Sebaliknya, banyaklah mengonsumsi makanan sehat bergizi tinggi, ini akan meningkatkan perkembangan intelegensi dan motorik anak, terutama bagi bayi yang belum genap dua tahun, hal ini sangat penting. Misalnya, seorang anak harus mengonsumsi sejumlah zat besi untuk membantu pertumbuhan otak. Kalau kurang jumlahnya, penghantaran impuls syaraf akan melemah.

Memupuk rasa ingin tahu
Para pakar mengungkap, ketika orang tua mendorong anak untuk mempunyai pemikiran sendiri, sesungguhnya adalah sedang meng-arahkan mereka pada pentingnya menuntut pengetahuan. Menaruh perhatian yang besar terhadap minat anak, mengenalkan dan mengajarkan ketrampilan baru kepada mereka pada setiap ada kesempatan mendidik di luar rumah, semua ini merupakan cara yang baik sekali guna memupuk dambaan anak untuk menuntut pengetahuan.

Membaca
Sejalan dengan kemajuan teknologi, banyak orang yang mengabaikan pentingnya membaca. Membaca merupakan cara meningkatkan intelligence quotient seseorang yang paling langsung dan efektif. Membacakan cerita untuk anak, menjadi anggota perpustakaan dan menambah koleksi buku bacaan semuanya merupakan cara yang baik untuk memupuk minat membaca seorang anak.

Makan pagi
Pepatah yang mengatakan burung yang bangun pagi akan mendapatkan makanan bukanlah tanpa dasar. Jauh sejak 1970, penelitian ilmiah menemukan seorang anak yang sarapan pada pagi hari memiliki ingatan yang lebih baik, lebih mampu berkonsentrasi dan juga mampu belajar lebih cepat. Dari pada sama sekali tidak makan pagi, makanlah sepotong kue atau minum segelas susu, hal ini akan sangat membantu dalam belajar.

Bermain permainan pengasah otak
Bermain catur, teka-teki silang atau permainan lain dapat merangsang intelegensi. Games Sudoku malah dapat memupuk cara berpikir yang bijaksana dan memupuk kemampuan memecahkan masalah.

Selain hal-hal di atas, pada saat seorang anak masih sangat muda harus sering diajak bercengkrama, mintalah anak mengingat perbendaharaan kata yang sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari ataupun mintalah anak menghafal, semua ini merupakan jurus piawai untuk membantu anak memupuk intelligence quotient.

Para pakar menyatakan, “Matikan tv, mintalah anak keluar rumah, mendekatkan diri dengan alam dan mengolah tubuh, merupakan salah satu metode terbaik untuk melatih anak menjadi pandai cekatan dan bertubuh sehat.” (Sumber artikel Psikologi).

KOMITE MADRASAH

Komite Madrasah MI NU Sunan Ampel 1 Wonorejo merupakan perkumpulan orang tua siswa yang kepengurusannya dibentuk berdasarkan kesukarelaan dan keikhlasan dan disahkan dengan surat keputusan Kepala MI NU Sunan Ampel 1 Wonorejo

Adapun fungsi dari Komite MI NU Sunan Ampel 1 Wonorejo  ini adalah:
» Fungsi umum : memenuhi dan meningkatkan kualitas sarana/prasarana pendidikan di MI NU Sunan Ampel 1 Wonorejo serta meningkatkan kesejahteraan guru dan karyawan.
» Fungsi khusus : memberikan saran-saran terhadap proses belajar mengajar, peningkatan kualitas lulusan, dan saran-saran lain yang berkenaan dengan peningkatan mutu sekolah.

SUSUNAN PENGURUS
Komite MI NU Sunan Ampel 1 Wonorejo
Periode 2009-2012

Ketua                  : BAWON HARIYANTO
Sekretaris            : ABDUL KHOLIL
Wakil Sekretaris  : RAHMAT YAHYA
Bendahara           : HADIS ASY'ARI
Wakil Bendahara : TAUHID

Dewan Kehormatan
1. Drs. HANAFI
2. Drs. SAJIMAN
3. M. SAFARI, SH., M.Pd
4. H. AHMAD ZAYADI

Jumat, 06 Agustus 2010

ORGANISASI MADRASAH

    STRUKTUR KEPENDIDIKAN
  1. Kepala Madrsah       : KHOLID MUSTOFA, S.Pd.I., M.Pd
  2. Wakaur Kurikulum   : IMAM GHOZALI, S.Pd
  3. Wakaur Kesiswaan  : AGUS PRAMONO
  4. Wakaur Humas        : SA’I BUSTOMI, S.Pd.I
  5. Wakaur Prasarana   : MUKSID, S.Pd
  6. Pembina Osis           : RUDI PURWANTO
  7. Koordinator BP/BK : MOH. NUR ASPIYE
  8. Pembina UKS          : ABDUL GOFUR

    WALI KELAS
  1. Wali Kelas 1 : YATI KURNIANINGRUM, S.Pd.I
  2. Wali Kelas 2 : NUR LAILATUL Q, S.Pd.I
  3. Wali Kelas 3 : RAHMAT YAHYA, S.Pd.I
  4. Wali Kelas 4 : FARIDA, S.Pd.I
  5. Wali Kelas 5 : IMAM GHOZALI, S.Pd
  6. Wali Kelas 6 : SA’I BUSTOMI


    KOMITE MADRASAH
  1. Ketua                     : BAWON HARIYANTO
  2. Wakil Ketua           : SAHARI ABDULLAH
  3. Sekretaris               : ABDUL KHOLIL
  4. Wakil Sekretaris     : RAHMAT YAHYA
  5. Bendahara              : HADIS ASY'ARI
  6. Wakil Bendahara    : TAUHID
  7. Badan Kehormatan 1 : Drs. HANAFI
  8. Badan Kehormatan 2 :  Drs. SAJIMAN

PROFIL MADRASAH

Nama Madrasah : MI NU Sunan Ampel I Wonorejo
Nama Kepala Madrasah : KHOLID MUSTOFA, S.pD.I, M.Pd
Alamat :
Jalan : Jl. Raya Wonorejo No. 244
Desa/Kelurahan : Wonorejo
Kecamatan : Maron
Kabupaten/Kodya : Probolinggo
Provinsi : Jawa Timur
Kode Pos : 67276
Telephone : (0335) 613503
E-mail : madrasah.nusa@gmail.com
Status Madrasah : Swasta
NPSN/NSS : 20548196/112351318296
Tahun Berdiri : 1972

VISI
Pendidikan Nuansa Islam Berwawasan Masa Depan

MISI
Meningkatkan pemberdayaan semua komponen Madrasah.
Meningkatkan kecerdasan spritual dan aklaq mulia
Meningkatkan kecerdasan interlektual danv skill
Meningkatkan kecerdasan kedisiplinan dan semangat beramal